Translate

Tuesday, May 28, 2013

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM



KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A.  PENDAHULUAN
Setiap kegiatan ilmiah memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan, diperlukan adanya program yang terencana dan dapat menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Komponen kurikulum dalam pendidikan sangat berarti, karena merupakan operasionalisasi tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok pendidikan,dan kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai komponen komponen tertentu. Komponen kurikulum tersebut paling tidak mencakup tujuan, struktur program, strategi pelaksanaan yang menyangkut sistem penyajian pelajaran, penilaian hasil belajar, bimbingan-penyuluhan, administrasi, dan supervisi pendidikan. Namun, komponen-komponen tersebut belum memadai sebagai komponen kurikulum pendidikan.[1]
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2.      Bagaimana dasar, fungsi , dan prinsip kurikulum pendidikan Islam?
3.      Bagaimana pola organisasi kurikulum pendidikan Islam?
C.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kurikulum
Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut ini:
a.       Kurikulum sebagai program studi. Pengertiannya adalah seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di institusi pendidikan lainnya.
b.      Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.
c.       Kurikulum sebagai kegiatan terencana. Pengertiannya adalah kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang harus diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
d.      Kurikulum sebagai hasil belajar. Pengertiannya adalah seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
e.       Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Pengertiannya adalah transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
f.       Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertiannya adalah keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan sekolah.
g.      Kurikulum sebagai produksi. Pengertiannya adalah seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

Dari beberapa definisi tersebut, baik dilihat dari fungsi kurikulum maupun tujuannya, hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.[2]

2.      Dasar, Prinsip, Dan Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam.
a.       Dasar Kurikulum Pendidikan Islam.
Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Al-Syaibani  menetapkan empat dasar pokok kurikulum Islam, yaitu

1)      Dasar religi
Dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun As-sunnah, karena kedua kitab tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristik.
Nabi SAW. Bersabda:
وَسُنَّتِيْ للهِ كِتَابُ بَعْدَهُمَا تَضِلُّوْا لَنْ شَيْئَيْنِ فِيْكُمْ تَرَكْتُ
“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )
Disamping kedua sumber itu, masih ada juga sumber yang lain yaitu dasar yang bersumber dari ijtihadi. Dalil ijtihadi dapat berupa ijma’ dan qiyas.

2)      Dasar falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama di bidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Dasar filosofis mengandung nilai, baik yang berkaitan dengan nilai dan makna hidup dan kehidupan, masalah kehidupan, norma-norma yang muncul dari individu, sekelompok masyarakat, maupun bangsa yang dilatarbelakangi oleh pengaruh agama, adat istiadat, dan konsep individu tentang pendidikan.esrta Dasar filosofis membawa rumusan kurikulum Islam menjadi tiga dimensi, yakni:
a)      Dimensi ontologis
Dimensi ini mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi peserta didik untuk berhubungan langsung dengan fisik objek-objek, serta berkaitan dengan pelajaran yang memanipulasi benda-benda dan materi kerja. Dimensi menghasilkan verbal learning, yaitu berupa kemampuan memperoleh data dan informasi yang harus dipelajari dan dihafalkan.
Implikasi dimensi ontologi dalan kurikulum pendidikan ialah bahwa pengalaman yang ditanamkan pada peserta didik tidak hanya sebatas akam fisik dan isinya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, melainkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dalam realitas fisik.
b)      Dimensi Epistimologi
Perwujudan kurikulum yang valid harus berdasarkan pendekatan metode ilmiah yang sifatnya mengajak berfikir menyeluruh, reflektif, dan kritis. Metode ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu kesadaran akan adanya masalah, identifikasi semua masalah dan cara pemecahannya, proyeksi disemua konsekuensi yang akan timbul, dan mengkaji konsekuensi tersebut dalam pengalaman. Jadi, konstruksi tersebut bersifat terbuka yang kesalahannya dapat diverifikasi bahkan ditolak serta bersifat temporer.
Implikasi dimensi epistimologi dalam rumusan kurikulum adalah  (1) penguasaan konten yang tidak sepenting dengan penguasaan bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan itu; (2) kurikulum menekankan lebih berat pada pelajaran proses yang artinya bagaimana siswa dapat mengkonstruksikan ilmu pengetahuan, aktifitas kurikulum, pemecahan masalah yang sebenarnya berpijak pada epistemology konstruksi; (3) konten cenderung fleksibel, karena pengetahuan yang dihasilkan tidak bersifat mutlak dan dapat berubah-ubah.
c)      Dimensi Aksiologi
Dimensi ini mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri peserta didik agar memiliki nilai-nilai yang ideal, supaya hidup dengan baik, sekaligus menghindarkan dari nilai-nilai yang tidak diinginkan.
Tegasnya ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam, maka memiliki intervensi kehidupan peserta didik sedemikian rupa, agarmereka menjadi insane kamil, insane kaffah, dan insan yang sadar akan hak dan kewajibannya.
3)      Dasar Psikologis
Dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis peserta didik yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat-bakat jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi, social, kebutuhan dan keinginan individual, minat, dan kecakapan. Dasar psikologi terbagi menjadi dua macam, diantaranya:
a.       Psikologis pelajar, hakikat anak-anak itu dapat dididik, dibelajarkan, dan diberikan sejumlah materi pengetahuan. Disamping itu, hakikat anak-anak dapat mengubah sikapnya, serta dapat menerima norma-norma, dapat mempelajari keterampilan-keterampilan dengan berpijak pada kemampuan anak tersebut.
b.      Psikologis anak, setiap anak memiliuki kepentingan, yakni untuk mendapatkan situasi-situasi belajar kepada anak-anak agar dapat mengembangkan bakatnya.[3]
4)      Dasar Sosiologis
Dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan  memegang peranan penting terhadap penyampaian dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi individu, dan rekonstruksi masyarakat.[4]
5)      Dasar Organisator
Dasar inii mengenai bentuk penyajian mata pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Dasar ini berpijak pada teori psikologi asosiasi, yang menganggap keseluruhan adalah jumlah bagian-bagiannya, sehingga menjadikan kurikulum merupakan mata kuliah yang terpisah-pisah. Kemudian disusul teori psikologis Gestalt yang menganggap keseluruhan mempengaruhi organisasi kurikulum yang disusun secara unit tanpa adanya batas-batas antara berbagai mata pelajaran.

b.    Fungsi Kurikulum Dalam Pendidikan Islam :
1.    Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan mmanusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
2.    Pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subyek dan obyek         pendidikan.
3.    Fungsi kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah selanjutnya dan penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan.
4.    Standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada semester atau pada tingkat pendidikan tertentu.

c.              Prinsip-prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum.
Dalam usaha mengembangkan kurikulum, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu:
a.       Prinsip Relevansi
Secara umum, istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntunan kehidupan. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1.      Relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid. Dalam menetapkan bahan pendidikan yang akan diajarkan, hendaknya dipertimbangkan sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada disekitar murid.
2.      Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Disamping mempertimbangkan lingkungan hidup murid, perlu diperhatikan pula perkembangan yang terjadi dalam kehidupan dimasa sekarang maupun di masa yang akan datang.
3.      Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan. Disamping relevansi dari segi isi pendidikan, tidak kalah pentingnya juga relevansi dari segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi dari segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan menghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.
b.      Prinsip Efektivitas
Efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Di bidang pendidikan, efektivitas dapat kita tinjau dari dua segi yaitu:
1.      Efektivitas mengajar guru, terutama menyangkut sejauh mana jenis-jenis belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
2.      Efektivitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.

c.       Prinsip Efisiensi
Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan sebuah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang telah dikeluarkan. Dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan pada umumnya, prinsip efisiensi ini perlu sekali diperhatikan, baik efisiensi dalam segi waktu, tenaga, maupun peralatan,yang tentunya akan menghasilkan efisiensi dalam segi biaya.
d.      Prinsip Kesinambungan
Disini yang dimaksud dengan kesinambungan ialah adanya saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
1.      Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah
Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya diajarkan pada tingkat yang sebelumnya. Bahan-bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada tingkat yang lebih tinggi.
2.      Kesinambungan antara berbagai bidang studi.
Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering mempunyai hubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutan dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.
e.       Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas yang dimaksudkan disini ialah tidak baku, ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan didalam bertindak. Fleksibilitas meliputi dua hal:
1.      Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan.
Fleksibilitas ini dapat diwujudkan dalam bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program spesialis, ataupun program-program pendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.
2.      Fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaran.
Fleksibilitas ini dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpegang pada tujuan dan bahan pengajaran dalam kurikulum yang masih agak bersifat umum.[5]
3.    Pola Organisasi Kurikulum Pendidikan Islam
Organisasi kurikulum merupakan pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada peserta didik, atau struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pendidikan atau pengajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran yang hendak dicapai.
Menurut S. Nasution, untuk menentukan materi pelajaran dalam pengembangan kurikulum, pada hakikatnya ada tiga sumber yaitu:
a.       Masyarakat dan kebutuhannya
b.      Anak dengan minat serta kebutuhannya; dan
c.       Pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh umat manusia sebagai hasl pengalamannya dan telah disusun secara sistematis oleh para ilmuwan dalam sejumlah disiplin ilmu.[6]
Menurut S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk kurikulum, yaitu :
1.      Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajarn disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri
b.      Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam waktu tertentu 
c.      Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d.      Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa
e.       Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
f.       Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa
g.      Guru berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h.      Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a.       Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis
b.      Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c.       Mudah dievaluasi dan dites
d.      Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
e.       Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah
f.       Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan
g.      Lebih tersusun secara sistematis.
Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:
a.       Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka
b.      Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks
c.       Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik
d.      Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual
e.       Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan
f.       Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

               2.       Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :
a.       Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya
b.      Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan
c.       Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas
d.      Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi kesulitan
e.       Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:
1.      Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2.      Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran
3.      Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4.      Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5.      Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:
1.      Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik
2.      Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran
3.      Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis
4.      Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

               3.      Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum studi adalah sebagai berikut :
a.       Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama
b.      Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan
c.       Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan
d.      Sistem penyampaian bersifat terpadu
e.       Guru berperan selaku guru bidang studi
f.       Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu
g.      Dikenalkan berbagai jenis bidang studi.[7]
D. Kesimpulan
·         Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
·         Dasar kurikulum Islam
§  Dasar religi
§  Dasar Falsafah
§  Dasar Psikologis
§  Dasar Sosiologis
§  Dasar Organisator
·         Fungsi Kurikulum Dalam Pendidikan Islam :
§   Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan mmanusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
§   Pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subyek dan obyek         pendidikan.
§   Fungsi kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah selanjutnya dan penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan.
§   Standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada semester atau pada tingkat pendidikan tertentu.
·               Prinsip kurikulum pendidikan Islam
§  Prinsip Relevansi
§  Prinsip Fleksibilitas
§  Prinsip Efektifitas
§  Prinsip Kesinambungan
§  Prinsip Efisiensi
·               Pola organisasi kurikulum pendidikan Islam
§  Kurikulum berdasarkan mata pelajaran
§  Kurikulum Gabungan
§  Kurikulum Terpadu




[1] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Kencana,2010)hlm.121
[2] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Kencana,2010)hlm.122

[3] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Kencana,2010)hlm.125-131
[4] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Kencana,2010)hlm.130
[5] M.Sudiyono,Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Bumi Aksara,2009)hlm.222-224
[6] M.Sudiyono,Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta:Bumi Aksara,2009)hlm.258
[7] S.Nasution,Asas-asas Kurikulum(jakarta: Bumi aksara,2011),hlm.176-180